Sabtu, 15 Oktober 2011

CERITA PEMALANG : Runtuhnya Majapahit,Berdirinya Kerajaan Demak,Kesultanan Pajang dan Kadipaten Pemalang

Untuk memperjelas keberadaan Pemalang pada tahun 1575 , sebagai berikut : Ibukota Majapahit pada saat itu pindah ke Doho Kediri, bukan di Trowulan. Menurut Dinasti Giryawardana di Mojosari Jawa Timur, "kutipan buku Tome Pires, sarjana perancis."

Majapahit runtuh dan kerajaan Demak berdiri tahun 1486 (Abad XV) dipimpin oleh R. Patah/ patih Radin/ Sultan Jimbuningrat, negaranya berbentuk Teokrasi atas dasar agama Islam. (dari buku 17 ES de klark histori of Netherland east indies.

Kerajaan Demak menguasai pesisir utara , antara lain : Lasem, Tuban, Sidayu dan Gresik. Tahun 1513 Pati Unus, putra mahkota, berperang melawan Portugis di Malaka, bergelar Adipati Sabrang Lor. Pada tahun 1518, Raden Patah wafat, kemudian Pati Unus naik tahta.
Pada tahun 1521 Adipati Unus wafat, digantikan oleh saudaranya Trenggono. Pada tahun yang sama kerajaan Demak, kedatangan seorang bangsawan dengan pengikutnya bernama Fatahilah dari samudra pasai. Fatahilah dinikahkan dengan adiknya Sultan Trenggono dan diangkat menjadi panglima perang di kerajaan Demak.

Pada tahun 1522 - 1546 pembagian tugas : Panglima perang Fatahilah menyerang daerah kerajaan Hindu pajajaran di jawa barat antara lain, Cirebon, Banten dan Sunda Kelapa. Pada tanggal 22 juni 1552 , Fatahilah berhasil menduduki Sunda Kelapa dari Portugal, dan bergelar pangeran Jayakarta, dan nama sunda kelapa berubah menjadi jakarta, kemudian tanggal 22 juni , ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta.

Sultan Trenggono bertugas menaklukan kerajaan Hindu - Budha wilayah timur. Pada tahun 1526, beliau gugur saat menggempur Pasuruan. Wafatnya sultan Trenggono , mengakibatkan kekacauan di kerajaan Demak, antara P. Prawoto (putra sultan), dengan P. Aryo Penangsang ,putra P. Sekar Sedolepen (kakak Sultan).

P. Aryo Penangsang berhasil membunuh P. Prawoto beserta keluarganya, Istri Adipati Jepara, Ratu Kalinyamat dan Prihatin putrinya, lolos dan bermukim di gunung Donorojo.
Aryo Penangsang menduduki tahta Jepara ( Jipan Panolan ).
Ratu Kalinyamat memohon bantuan Sultan Pajang,"Hadiwijoyo / Joko Tingkir" menantu Sultan Trenggono. Kemudian Beliau mengutus putra angkatnya, R. Sutawijaya putra Ki Joko Ageng Pemanahan.

Aryo penangsang berhasil dibunuh dengan pusakanya sendiri yang direbut oleh Sutawijaya. Pusaka Sipat Kondel yang bernama Keris Kyai Setan Kober, sampai sekarang berada di Pemalang.
Sebelum tahun 1456, Sultan Hadiwijaya diangkat menjadi Adipati Pajang. Setelah Sultan Trenggono wafat, sultan Hadiwijoyo diangkat menjadi sultan Demak, kemudian ibukota kerajaan Demak dipindah ke Pajang. Untuk mendukung kekuatan Demak, maka R. Fatahilah diangkat menjadi Sultan Banten dan Cirebon. Kemudian diberi kekancing pusaka keris "Kyai Tapak" dengan engkol atau luk 13, cirinya ujung engkol ketiga berpamor emas.(sekarang berada di desa Pedurungan Taman, Pemalang).
Kerajaan Cirebon dipimpin oleh Pangeran Pasarean putra Fatahilah. Beliau wafat tahun 1552, kemudian Fatahilah pindah ke Cirebon dan kerajaan Banten, diserahkan kepada putranya yang bernama Sultan Hasanudin, dan meluaskan wilayahnya dari Jayakarta sampai ke Lampung. Kekuasaan di Jayakarta dipegang oleh menantunya yang bernama Tubagus Angke. Pada tahun 1570 , sultan Hasanudin wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Panembahan Yusuf dan menduduki tahta Banten.

Kerajaan atau kesultanan atau kadipaten - kadipaten di pantai utara pulau Jawa memgalami keresahan karena orang Portugis meluaskan wilayahnya di P. Jawa dan ingin menguasai pelabuhan-pelabuhan di pesisir utara Jawa Tuban, Gresik, Lasem, Sedayu, Jepara, Cirebon, Jayakarta dan Banten.
Sultan Hadiwijoyo memanggil putranya yang pada saat itu menduduki jabatan Adipati Jipang, karena ada laporan dari kadipaten Pemalang, bahwa pemerintahan Pemalang sedang kosong (kosong) yang pada saat itu dijabat oleh putra dari Ki Gede Sambungyudo yang konon kabarnya bernama Adipati Anom Windu Galbo, pada saat itu patihnya Ki Gede Murti.
Ki Gede Murti wafat dimakamkan di Brujulan, sebelah utara desa Kabunan, dukuh Bungin. Jabatan patih digantikan oleh putranya yang bernama Ki Gede Jiwo atau patih Jiwo Negoro dan merangkap jabatan Adipati.

Kekosongan kadipaten Pemalang terjadi pada abad XVI, saat itu sultan Hadiwijoyo menerima laporan bahwa Pemalang pada saat itu tidak ada Pimpinannya (Pemalang Komplang). Maka di perintahkanlah P. Benowo untuk menjabat di kadipaten Pemalang dengan syarat sebagai berikut :

a. Pergilah ke Banten untuk meminta keris Kyai Tapak yang sekarang dipegang oleh penguasa Banten yang bernama Panembahan Yusuf putra Sultan Hasanuddin,dan pusaka tersebut untuk "memagari" saat menjabat Adipati di Pemalang,sebab Pemalang konon tanah dan masyarakatnya gawat.

b. Pusaka keris Kyai Setan Kober dari Jipang harus dimiliki kalau menjabat Adipati di Kadipaten Pemalang.keris tersebut didapat dari rampasan perang Jipang (asal Aryo Pinangsang) yang kalah dengan kesultanan Pajang.karena Pemalang dalam sejarah merupakan kota penghalang bagi orang yang mau berbuat jahat dan menjadi penolak setiap bentuk penjajahan.maka engkau harus berhati hati memimpin masyarakat Pemalang.

c. Dua surat yang bisa dijadikan bukti bahwa engkau utusan dari kesultanan Pajang;
-Surat kekancing menjabat di Kadipaten Pemalang.
-Surat untuk Panembahan Yusuf,pejabat kesultanan Banten untuk meminjam Keris Kyai Tapak yang dahulu dipinjamkan Fatahillah panglima perang Demak,yang akhirnya menjadi Sultan Banten.

(sumber: Ki Sunari Djokotcarito,Pemalang)

dari berbagai sumber

2 komentar:

Abdurrahman Haidar mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Syauqul dzurriyyah mengatakan...

Lanjutkan